PUBLIKSATU, JAKARTA- Bakal capres Koalisi Perubahan Anies Baswedan menceritakan salah satu kebijakan yang mendapat penentangan keras dari kelas menengah ke atas, mulai dari pemimpin redaksi media, pengusaha, hingga Anggota DPR RI. Kebijakan itu adalah soal rekrutmen siswa SMP-SMA favorit saat ia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2019 lalu. Secara populis, ia mengatakan bahwa itu tak menguntungkannya. Tak banyak masyarakat kelas bawah mengerti akan kebijakan tersebut.
"Ketika mengubah sistem rekrutmen SMP-SMA di Jakarta yang membuat SMA-SMA favorit tidak lagi diisi hanya oleh keluarga-keluarga yang berkemampuan, itu mengalami reaksi yang kuat sekali dan keras dari kelas menengah ke atas," kata Anies di Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (18/9).
Baca Juga: Tahun Politik, Jokowi Meminta Publik Untuk Tidak Mudah Termakan Isu-Isu Liar
"Karena kelas atas menengah di Jakarta merasa sekolah-sekolah terbaik itu adalah hak mereka. Selama berdekade-dekade," imbuhnya.
Kemudian, Anies mengubah sistem rekrutmen tersebut agar siswa dari kelas bawah pun dapat masuk ke sekolah favorit demi kesetaraan pendidikan. "Dengan sistem itu, maka komposisi siswa di sekolah itu berubah," ungkapnya.
Ia mencontohkan, salah satu SMA favorit di Setiabudi, Jakarta Selatan, biasanya 90-95 persen diisi oleh siswa yang orang tuanya berpendidikan S1-S3. Padahal, kalau itu dibiarkan, menurutnya yang miskin hanya akan semakin miskin, begitu pun sebaliknya.
Baca Juga: Berpeluang Cawapres Ganjar, Jumlah Kekayaan Sandiaga Uno Menghampiri Rp 11 Triliun
"SMA ini eskalator untuk mereka naik ke perguruan tinggi yang berkualitas. Kalau kita membiarkan proses ini terjadi, maka ketimpangan di Jakarta akan makin lebar," tegas Anies.
Oleh karena itu, setelah mengubah kebijakan rekrutmen SMA, Anies mengklaim bahwa saat ini sekolah-sekolah favorit sudah secara merata berisikan siswa-siswi dari berbagai macam kelas sosial.
"Ini satu-satunya jenis kebijakan yang protesnya kelas menengah. Siapa? pemred-pemred, anggota DPR, pengusaha-pengusaha besar, itu semua yang protes," tandasnya.